Dewan Desak Pemkot Buat Sebaran Data Pemetaan Covid-19 di Kecamatan/Kelurahan

oleh

Surabaya – Pasien positif Covid-19 di Surabaya bertambah menjadi 29 orang dan Kota Pahlawan ditetapkan zona merah Covid-19. DPRD Kota Surabaya mendesak Pemkot segera mempunyai titik-titik pemetaan penyebaran Covid-19 Kecamatan/kelurahan di wilayah Surabaya.

Sekretaris Komisi B DPRD Surabaya Mahfudz mengatakan, berdasarkan data dari Pemprov Jatim bahwa Kota Surabaya yang positif terkena Covid-19 berjumlah 29 orang.

“Artinya Surabaya ini sudah sangat merah membara. Lah ini malah seakan-akan digawe guyonan oleh bu Risma. Kan kacau persoalan Covid-19 di Surabaya di politisir dan masih memakai egonya,” katanya, Senin (23/3).

Ia menjelaskan, kembali lagi bahwa untuk kepentingan masyarakat Surabaya dan meminimalisir penyebaran Covid-19 di Surabaya.

“Ayolah kita lepaskan baju parpol dan kita selamatkan warga Surabaya bersama-sama. Jangan terus mendahulukan egonya,” terang dia.

Lanjutnya, bahkan, sampai detik ini kita tidak tahu peta-peta kecamatan/kelurahan yang terdampak itu dimana. Padahal di kota-kota tetangga Surabaya sudah melakukan titik-titik pemetaan.

“Bagaimana kita melokalisir atau mengisolasi virus itu, kalau petanya saja tidak tahu. Jangankan warga biasa, saya (anggota dewan, red) gak tahu,” tegas dia.

Wakil Ketua Fraksi PKB ini meminta pemkot segera membuat pemetaan terdampak kecamatan/kelurahan di Surabaya.

“Mana saja peta terdampaknya, mana yang zona merah, kuning dan hijau. Terkesan kenapa kok disembunyikan ada apa, jangan-jangan di Surabaya yang positif Covid-19 lebih dari 29 orang,” pinta dia.

Sedangkan Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti mengaku sepakat bahwa jika Pemkot Surabaya membuka sebaran data Covid-19 seperti di kota-kota lainnya.

“Mengacu di surat edaran (SE) mendagri dipoin tiga disebutkan bahwa pemerintah daerah agar melakukan pemetaan diwilayah terdampak. Dan, melakukan stabilisasi harga kebutuhan pokok di wilayah tersebut,” ungkap dia.

Ia menjelaskan, yang artinya sebaran data itu untuk intervensi apa yang harus segera dilakukan di wilayah tersebut.

“Data maupun titik-titik pemetaan ini sebenarnya tidak hanya untuk mengetahui letak Covid-19 saja. Sebaran data itu sebenarnya bukan untuk menakuti, namun untuk mengambil langkah yang tepat diwilayah yang ada,” imbuh dia.

Kalau sebaran data pemetaan itu belum disampaikan ke publik. Kata Reni, justru ke depan membuat kekwatiran warga Surabaya.

“Bisa jadi warga Surabaya tambah panik dan saling curiga. Kami minta data pemetaan itu tetap perlu dan disampaikan kepada warga supaya lebih waspada,” tukas dia.

Sedangkan Wakil DPRD Surabaya A Hermas Thony menambahkan, sebetulnya sebaran data ini perlu disampaikan secara terbuka.

“Yang artinya Pemkot Surabaya tidak boleh menyembunyikan siapa-siapa saja yang terjangkit Covid-19 di Surabaya,” jelas dia.

Thony mengaku, pihaknya tahu maksudnya Pemkot Surabaya belum mwlakukan sebaran data pemetaan tersebut.

“Kami tahu maksudnya pemkot, supaya tidak ada kecemasan dan ada ketentraman warga Surabaya. Tapi kemudian pemkot menutupi, saya kuwatir justru menjadi bom waktu karena tidak ada kesigapan masyarakat untuk bersikap lebih waspada,” ucap Thony.

Jadi datangnya Covid-19 di Surabaya perlu kesadaran bersama, lanjutnya, sebab virus corona ini bisa terjadi di mana saja dan di siapa saja.

“Sehingga ketika kita tahu dan bisa menghindari dan melakukakan tindakan. Kalau ditutupi justru orang sehat bisa terkontaminasi ketika datang di wilayah itu,” pungkasnya. (irw)