Doa Bersama (Haul) Mat Mocthar Mengajak Warga Cintai Pancasila Dan NKRI.

oleh
foto sambutan sekjen DPP PDIP dalam acara haul keluarga mat mocthar
foto sambutan sekjen DPP PDIP dalam acara haul keluarga mat mocthar

Surabaya -BSO – Memperingati Haul dan doa bersama ditujukan kepada mendiang Kedua Orang Tua Mat Mocthar yakni Almahum H Moch Jupri Ke 4 dan Hj Almahumah Ibunda ke 3, Mat Mocthar mengajak dan memohon doa bersama agar kedua alhmahum dan Almahumah kedua orangnya agar amal ibadahnya diterima dan segala dosa-dosanya diampuni Allah SWT.

“Acara doa bersama ini dalam rangka Haul Almahum dan Almahumah kedua orang kami semoaga amal ibadahnya dan segala dosa-dosanya diampuni Allah SWT,” Kata Mat Mocthar pada wartawan.

Dalam acara memperingati Haul dan doa bersama yang dihadiri ratusan warga dan tamu undangan dari berbagai kalangan Mat Mocthar memohon agar Almahum dan Almahumah kedua orangnya semoga bisa menjadi penghuni surga karena banyak orang yang menghadiri acara ini untuk ikut mendoakan kedua orang tua kami.

“Semoga Almahum dan Almahumah kedua orang tua kami diterima Allah SWT dan semoga bisa menjadi penghuni surga,” Ucap Ketua Gerakan Rakyat Surabaya ini.

Terkait NKRI Ketua Gerakan Rakyat Surabaya menegaskan, Mengingat perjuangan Almahum ayahdah yang sangat mencintai NKRI agar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini bisa dipertahankan dan tidak bisa dipecah belah meskipun ada perbedaan dan kita harus bersama-sama mencintai Pancasila dan pertahankan NKRI untuk membangun negeri ini.

“Karena negeri ini direbut dengan susah payah penuh perjuangan hingga mengorbankan nyawa pada saat perjuangan kemerdekaan RI,” Tegasnya.

Mat Mocthar menjelaskan,Bahwa berdirinya negara ini banyak terdiri dari berbagai suku bukan hanya di jawa saja, melainkan ada juga di Nusa Tenggara Timur, Sumatera, Bali, Papua Kalimatan dan lain sebagainya dan ini merupakan suatu kebhinekaan yang harus kita jaga dan dipertahankan.

“Saya tidak suka kalau ada orang atau ormas tidak mengakui pancasila berarti orang itu bukan warga negara Indonesia, kita harus mengakui pancasila karena ini lambang dan pendoman negara Republik Indonesia,” Jelasnya.Minggu (29/01/2017) siang hari.

foto sekjen dpp pdip hadiri acara haul keluarga mat mocthar
foto sekjen dpp pdip hadiri acara haul keluarga mat mocthar

Disela-sela acara Haul dan doa bersama ini sejumlah tokoh petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yakni Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, Kusnadi Ketua DPD PDIP Jawa-Timur, dan anggota DPRD Provensi Jatim dari PDIP turut serta hadir serta ratusan warga dan tamu undangan.

Dalam kesempatannya sambutan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan, Kehadirian dirinya ke tiga kalinnya ini bukan karena kebaikan beliau (Mat Mocthar) saja, tetapi karena persahabatan yang penuh dengan ketulusan warga bulak banteng kidul ini mencerminkan wajah indonesia yang sebenarnya,” Katanya.

Dengan acara doa bersama ini menurut Hasto mengatakan, Dengan Doa bersama ini terasa menyejukan, Bahwa Doa Bung Karno Presiden Pertama RI menjalankan prinsip Ketuhan Yang Maha Esa yang ditegaskan pidato pada 1 juni 1945 yakni Ketuhanan yang kita pahami adalah Keyakinan kita dan rakyat indonesia percaya bahwa Tuhan itu tidak mengenal mereka yang tidak bertuhan,” Katanya.

Hasto menjelaskan, Tetapi Ketuhanan yang disampaikan oleh Bungk Karno ini sebagai hasil perenungan mendalam dari pengenalan seluruh suasana kebatinan rakyat indonesia adalah ketuhanan yang berkebudayaan,ketuhanan yang penuh toleransi dan ketuhanan yang tidak etisme agama itulah Ketuhanan adalah alat kita Ketuhanan yang bergotong Royong,” Ucapnya.

Lanjut Hasto dalam pemaparan tentang Pancasila menegaskan, Pada sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yang dituangkan pada doa bersama ini, pada sila Kedua Prikemanusian yang adil dan beradab bagaimana kita menghargai sesama dengan penuh keberadaban sehingga kita bisa saling menghormati satu sama lain.

Sila Ketiga Persatuan Indonesia Bahwa Bung Karno mengatakan Indonesia untuk semua, dan bukan untuk Jawa, Batak, bukan untuk etnis atau agama tertentu tetapi untuk kita semua rakyat indonesia, pada sila keempat musyawarah mufakat sebagai tradisi kita demokrasi terpimpin seperti dipondok pesantren para kyai memberikan arahan pada santrinya.

Itulah musyawarah mufakat demokrasi terpimpin yang berarti apabila ada keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dan Bung Karno sendiri juga menegaskan bahwa kepempinan kita bersama adalah mensejahterahkan rakyat khususnya rakyat wong cilik dan kalau kita menyesejahterahkan wong cilik itu pasti warga nadiyin dan PDIP,” Paparnya.  (irw)