Kurangnya Tenaga Pendidik Produktif, Dirjen Kemenristekdikti Rancang Grand Design

oleh
foto kemenristekdikti saat gelar jumpa press di surabaya
foto kemenristekdikti saat gelar jumpa press di surabaya

Surabaya – BSO – Ketidak seimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan tenaga pendidik profesional (guru) ini menjadi masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia, hal ini disampaikan Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalaui Dirjen KemenDikti.

Dirjen Dikti Kemenristekdikti, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti menyampaikan rencana induk SDM Iptek dan Dikti dalam beberapa bidang antara lain infrastruktur, kesehatan dan pendidikan dalam sebuah “Konsep Grand Design SDM Sektor Pendidikan”, di Hotel Swiss Bell In Manyar Surabaya, Senin (01/05/2017) saat gelar jumpa press malam hari.

Ali Gufron mengatakan, Tantangan pengembangan pendidikan Indonesia di masa depan semakin kompleks. Seiring tingginya tuntutan masyarakat akan pendidikan yang berkualitas. Permasalahan bangsa yang semakin rumit juga menuntut peran intens pemerintah dengan menyediakan tenaga pendidik profesional.

“Ketersediaan lahir dari peran penyelenggara pendidikan dalam menghasilkan dan mengembangkan secara kualitas maupun kuantitas kompetensi pendidik sebagai tolak ukur kesiapan sumber daya guru yang optimal, Hal tersebut akan mudah direalisasikan jika terdapat keselarasan antara kebutuhan dan ketersediaan,”Katanya.

Ali Ghufron menjelaskan, Peran pendidik sangat penting dalam mendukung rencana induk tersebut. Diantara tiga isu penting yang menjadi konsentrasi saat ini adalah mengenai relevansi, kualitas, dan kuantitas. Selain pendanaan, distribusi, dan karir dosen.

“Ketiga isu tadi sangat sentral. Pendidikan kita saat ini kekurangan guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang produktif, namun di sisi lain kita juga kelebihan guru bidang pendidikan normatif,” Jelasnya.

Ali Ghufron mengungkapkan, Menurut data Surplus/Defisit Program Studi Tahun 2017, setidaknya dunia akademik Indonesia mencatat kekurangan tenaga pendidik bidang Teknik Informatika di urutan teratas, disusul tenaga pendidik Ekonomi, pendidikan Teknik Otomotif, pendidikan Sejarah, Senirupa – Sendratasik, Bahasa Indonesia, Teknik Mesin,

“Sisanya di sektor pendidikan pelayaran serta pariwisata. Sedangkan saat ini dunia akademis dipenuhi oleh tenaga pendidik normatif seperti Pendidikan Bahasa Inggris maupun Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),”Ungkapnya.

Ali Ghufron menambahkan, Memang kita lihat dari sisi ketersediaan dan kebutuhan secara ideal tidak match. Terutama di SMK Ironisnya, dari total sisi keseluruhan produksi guru 87.000, yang terserap hanya sekitar 20.000. Dan yang tidak terserap sebanyak 67.000.

“Jadi banyak yang tidak bekerja sesuai yang mereka pelajari selama bertahun-tahun. Targetnya nanti kekurangan atau kelebihan pada bidang-bidang tertentu kita petakan dan bagaimana rencana sampai 2024,”paparnya.

Lanjut Ali Ghufron, Menelaah kesenjangan antara kuantitas dan kualitas diukur dari proyeksi kebutuhan guru, ketersediaan guru, serta proyeksi lulusan pendidikan yang dimulai dari 2017-2024 nanti, diperlukan tindakan komperhensif dan terintegrasi agar sisi kuantitas dan kualitas dapat berjalan seiring dan harmonis.

“Hasil rancangan induk penyusunan sumber daya Iptek dan Dikti ini diharapkan dapat menyelaraskan langkah Direktorat Jenderal di lingkungan Kemenristekdikti untuk membentuk ekosistem pendidikan yang sehat,”pungkasnya. (irw)