Menanggapi Dolly Harus Dibuka Lagi, Ini Kata Penulis Buku Dwilogi Tri Rismaharini

oleh

Surabaya – Pendapat Asrillia Kurniati Bambang Ketua Peace And Love Jatim terkait lokalisasi terselubung pasca penutupan dolly mulai marak bertebaran di surabaya.

Sejumlah bukti temuan adanya seorang anak-anak kecil berada di kawasan wonokromo yang dianggap sebagai kawasan lokalisasi terselubung dan temuan di beberapa tempat lainnya.

Aibatnya penyebaran virus HIV/AIDS tidak bisa terkontrol dan dinilai semakin merajalela, bahkan pihaknya menyalahkan Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya yang menutup lokalisasi dolly ini harus dibuka kembali.

Hal ini mendapat tanggapan dari salah satu penulis buku dwilogi “Tri Rismaharini” Abdul Hakim mengatakan, boleh-boleh saja mengutarakan pendapat, namun perlu diketahui bahwa penyebaran HIV/AIDS atau merebaknya prostitusi terselubung dan online di Surabaya,

“Ini tidak bisa dijadikan patokan, Bahwa semua itu akibat ditutupnya lokalisasi Dolly dan Jarak oleh Pemkot Surabaya beberapa waktu lalu,” Katanya.

Ia menjelaskan, Namun perlu diketahui bahwa meluasnya praktik prostitusi juga akibat dari semakin meleknya masyarakat akan kebutuhan bersosialisasi dan beraktualisasi melalui jejaring media sosial (medsos) seperti Whashapp, Twitter, Facebook, wechat, beetalk dan lainnya.

“Pengaruh media sosial ini juga mempermudah seseorang mencari teman atau pasangan, hal ini yang dimanfaatkan para PSK terselubung dan online melalui medsos,” Paparnya.

Wartawan kantor berita Antara ini mengungkapkan, Banyak sekali para wanita yang diduga sebagai PSK memanfaatka perkembangan medsos menjajakan dirinya kepada lelaki hidung belang, bukan hanya itu, faktor lainnya yang melengkapi munculnya prostitusi terselubung dan online juga akibat perkembangan pembangunan infrastruktur suatu kota yang semakin meningkat diiringi pula dengan menjamurnya pembangunan gedung Hotel-hotel dan lainnya.

“Di tempat itu pula juga bisa dimanfaatkan oleh para PSK menjajakan diri bertransaksi lewat sosial media (online),” paparnya. rabu, (26/09/2018)

Menanggapi Dolly harus dibuka lagi, Menurut Ia, bukan persoalan ada ataupun tidak ada lokalisasi Dolly ini, para wanita yang diduga PSK tetap masih ada, sehingga wacana dibukanya kembali dolly tidak menjadi solusi prostitusi dan penyebaran virus HIV/ AIDS yang dinilai tidak terkontrol.

“Malah sebaliknya, prostiusi semakin marak baik di dunia nyata maupun di dunia maya (medsos),” pungkasnya. (irw)