Fraksi Gerindra Minta Pemkot Kerjasama Dengan Bandara Lakukan Scerning

oleh

Surabaya – Beberapa langkah – langkah dalam rangka penanganan virus corona (Covid-19) yang disampaikan oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini dalam rapat konsultasi bersama DPRD Surabaya melalui teleconference. Senin (06/04/2020).

Selain langkah langkah penanganan, Walikota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan, setelah dilakukan pengecekan, bahwa penderita covid-19 ini, 99% orang pernah melakukan perjalanan dari luar negeri maupun luar kota, hal ini mendapat tanggapan dari Wakil Ketua DPRD Surabaya.

“Dari situ, kita minta untuk diatasi pintu masuknya sebelum mereka datang supaya dilakukan scerning bekerja sama dengan pihak bandara dan imigrasi,” ujar A Hermas Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya. Senin (06/04/2020) ditemui usai rapat konsultasi.

Fraksi Gerindra menjelaskan, sekarang ini tidak menutup kemungkinan ada banyak warga surabaya yang berada diluar negeri keinginan pulang ketika mau pulang harus terpantau sebelumnya.

“Jadi setiap hari kita menghitung kira-kira berapa orang dari luar negeri datang ke surabaya dan ini harus terpantau sejak awal,” paparnya.

Sehingga, menurut Thoni, kesiapan dari bandara itu terintergratif, agar supaya kita tidak kebobolan kita meminta izin kepada otoritas bandara untuk ikut mendampingi penanganan teknisnya.

“Bukan berarti kita tidak percaya dengan bandara, tetapi adalah kita bisa menghitung kira-kira apakah SDM bandara cukup untuk itu (Penanganan) atau tidak,” katanya.

Menurut Thoni, karena apa ada juga yang disampaikan oleh walikota pada saat di kota surabaya diterapkan sistim bilik (Sterilisasi) terjadi korelasi yang cukup tinggi bahwa terjadi penurunan ODP maupun yang positif covid-19.

“Tetapi Ketika bilik (Sterilisasi) ditarik terjadi lonjakan yang cukup tajam,” ungkapnya.

Artinya, Thoni menjelaskan, pemkot mengaris bawahi, bahwa bilik (Strilisasi) sesuatu yang penting sebetulnya namun tidak di izinkan menurut standart WHO, tetapi bisa mengatasi masalah.

“Supaya itu terkesan tidak melanggar WHO, kita minta standart SOP ketika ada warga datang dari luar negeri untuk diminta ganti baju, mandi dan sterilisasi lalu itu bisa pulang,” terangnya.

Yang tidak kalah pentingnya adalah, kata Thoni, bagaimana mereka diedukasi bahwa pakaian yang mereka pakai berpontensi membawa bom (virus) di lingkungan keluarga mereka.

“Kalau mereka cinta dengan keluarganya, maka rela bajunya untuk dibakar atau lainnya, jangan sampai eman dengan bajunya nanti akan bisa menularkan virus kepada keluargannya,” pungkasnya. (irw)