Gagas Ensiklopedia dan Inisiasi Raperda Kemajuan Budaya Surabaya

oleh

Surabaya – Wakil Ketua DPRD Kota  Surabaya A. Hermas Thony membuat gagasan ensiklopedia budaya Surabaya.

Bukan hanya itu saja, pihaknya juga menginisasi raperda tentang pemajuan budaya Surabaya dan buku toponimi tentang kampung-kampung di Kota Surabaya.

Untuk mewujudkan hal itu, politisi Partai Gerindra ini menggandeng Fakultas Ilmu Budaya Unair Surabaya bertujuan untuk menguatkan kajian dan referensi yang   jelas.

Karena, menurut dia, kekuatan referensi dan analisis ada di perguruan tinggi, seperti bidang pembangunan berkiblat di ITS, sedangkan untuk bidang budaya ada di kampus Unair.

“kita mencoba menggali ini dan kerjasama yang bagus,” ujar A Hermas Thony. saat bertemu dengan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unair Prof. Dr. Purnawan Basundoro yang didampingi Suko Widodo dan anggota Komisi D DPRD Surabaya Dyah Katarina di ruang kerjanya, Rabu (07/04/2021).

Thony menjelaskan, kerjasama dengan Fakultas Ilmu Budaya Unair ini sebagai langkah awal untuk merangkul akademisi. Sehingga, harapannya komunikasi lembaga dewan dengan kampus lebih intens.

“Ini tradisi yang akan bangun, karena dewan agak alergi dengan kampus, mungkin karena temparnya orang kritis,” paparnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unair Prof. Dr. Purnawan Basundoro menyambut baik kerjasama tersebut. Pihaknya akan menggerakkan para dosen yang memang memiliki kualifikasi di bidangnya masing-masing.

“Kerjasama ini inisiatif untuk memajukan kebudayaan kota Surabaya. Karena sejarah dan budaya Surabaya sangat banyak, dimana itu harus diselamatkan,” jelasnya.

Karena itu, lanjut dia, pengembangan budaya di Surabaya harus memiliki landasan hukum. Undang-undang nasional memang sudah ada, tetapi dengan dibuatnya perda maka pengembangan secara khusus budaya Surabaya butuh perda.

Prof Purnawan memandang, Surabaya sebagai kota bersejarah, sehingga aspek kesejarahan ini perlu diselamatkan. Tujuannya anak-anak muda Surabaya tahu betul tentang sejarah budaya kota tempat tinggalnya.

“Aspek kesejarahan tidak dirawat, maka akan hilang, Surabaya kota pahlawan, tapi kalau tidak diajarkan anak muda tidak akan tahu,” terangnya.

Unsur kepahlawanan Surabaya tidak hanya mengacu kepada peristiwa 10 Nopember. Seperti perlawanan masyarakat Surabaya terhadap Mataram yang menjajah Surabaya pada awal abad 17.

“Selain perda, Kota surabaya butuh ensiklopedi kota Surabaya yang selama ini belum ada. Ini akan menjadi referensi yang mengetahui semuanya, baik budaya, sosial tokoh, politik dan lainnya. Pokoknya semuanya yang berkaitan dengan Surabaya. Ini proyek besar. Juga akan membuat buku tentang toponimi,” pungkasnya. (irw)