Hari BKGN 2018, Ajak Masyarakat Surabaya Lindungi Kesehatan Gigi Keluarga dari Risiko Gula Tersembunyi

oleh

Surabaya – Pepsodent brand perawatan kesehatan gigi dan mulut produksi PT Unilever Indonesia Tbk. bekerjasama dengan Persatuan Dokter Gigi lndonesia (PDGI) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi lndonesia (AFDOKGI) menggelar program Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2018 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Nala Husada Universitas Hang Tuah Surabaya tanggal 1-3 November 2018.

Tema yang diusung tahun ini, yaitu ”Lindungi Kesehatan Gigi Keluarga dari Risiko Gula Tersembunyi”, BKGN 2018 memberikan edukasi mengenai pentingnya mewaspadai gula tersembunyi yang ternyata banyak kita konsumsi setiap hari, terutama karena risiko yang ditimbulkannya terhadap masalah karies atau gigi berlubang.

Edukasi ini dipercaya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Surabaya, karena banyak kuliner khas Surabaya yang meskipun tidak bercitarasa manis namun memiliki kandungan gula tersembunyi. Terutama aneka hidangan yang mengandung petis sebagai salah satu bumbu lokal yang paling sering digunakan, seperti Rujak Cingur, Lontong Balap, Lontong Kupang, Tahu campur, Tahu Tek, Pecel Semanggi, dan banyak lainnya.

Meskipun terasa gurih, tak banyak yang tahu bahwa ternyata 100 gram petis mengandung gula tersembunyi sebanyak 1,23 gram. Apabila tidak diimbangi dengan pengetahuan mengenai perawatan kesehatan gigi yang benar, tentunya hal ini akan beresiko menimbulkan masalah karies.

Sejak pertama kali diadakan tahun 2010, melalui pelaksanaan BKGN Pepsodent, PDGI dan AFDOKGI memiliki komitmen berkelanjutan untuk mengedukasi, memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sekaligus membiasakan masyarakat Indonesia merawat kesehatan gigi dengan menyikat gigi pada pagi dan malam hari, serta memeriksakan diri ke dokter gigi setidaknya enam bulan sekali.

drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent. MDSc. selaku Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia mengatakan. Tahun ini merupakan tahun ke-9 pelaksanaan BKGN di kota Surabaya. Di setiap pelaksanaannya selalu mendapatkan respon yang sangat positif dari masyarakat setempat, artinya masyarakat Surabaya memang memiliki kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut mereka.

“Tahun ini kami memiliki target untuk memberikan edukasi dan pelayanan kesehatan gigi ke 1.000 orang masyarakat Surabaya dan sekitarnya,”ujarnya, kamis (01/11/2018)

drg Mirah menjelaskan, setiap tahunnya, pihaknya selalu mengangkat berbagai tema menarik dan terkini, untuk tahun ini, tema risiko gula tersembunyi terhadap kesehatan gigi dan mulut menjadi pilihan

“Karena ternyata masih banyak masyarakat yang belum memahami bahwa makanan atau minuman yang tidak manis sekalipun dapat mengandung gula penyebab gigi berlubang,” paparnya.

Terkait dengan konsumsi gula, World Health Organization (WHO) menganjurkan bahwa asupan gula dari semua sumber makanan dan minuman tidak melebihi 50 gram per hari untuk dewasa dan 30 gram per hari untuk anak.

Namun sayangnya, data Survey Konsumsi Makanan Individu (SKMI) Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa sebanyak 29,7% masyarakat Indonesia mengonsumsi gula harian melebihi batas rekomendasi tersebut. Konsumsi gula berlebih ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan kehadiran gula tersembunyi.

drg. Mirah menerangkan, selama Ini kita tidak menyadari bahwa konsumsi gula seharI-hari ternyata layaknya sebuah gunung es makanan dan minuman yang bercitarasa manis sebenarnya hanya sebagian kecii dari gula yang kita konsumsi di luar itu,

“Faktanya begitu banyak Jenis makanan dan mlnuman tidak manis namun mengandung gula tersembunyi yang menimbulkan berbagai risiko kesehatan, termasuk gigi berlubang.” paparnya.

Khusus mengenai hubungan antara gula tersembunyi dan gigi berlubang, drg. Lita Azustia. M.H. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Hang Tuah menjelaskan, bahwa masalah gigi berlubang atau karies seringkali digambarkan sebagai 4 mata rantai yang saling berinteraksi, yaitu host yang terdiri dari gigi dan air liur, mikroorganisme atau bakteri pada plak, substrat atau asupan makanan, dan waktu.

”Bicara mengenai substrat, gula yang kita konsumsi diubah oleh mikroorganisme di dalam mulut sehingga kondisi pH mulut otomatis berubah menjadi asam dan proses karies pun terjadi. Selain substrat, faktor waktu juga penting diperhatikan karena berhubungan erat dengan seberapa seringnya kita mengonsumsi gula, termasuk gula tersembunyi,” jelasnya.

Namun menurutnya, proses karies akibat gula ini dapat dikendalikan dengan lebih mewaspadai konsumsi gula dan menginterupsi waktu pembentukan karies dengan rutin menyikat gigi pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride, serta berkonsultasi ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.

Topik penting inilah yang diangkat melalui BKGN 2018, yang secara keseluruhan memiliki target untuk mengedukasi dan melayani lebih dari 65.000 masyarakat Indonesia melalui rangkaian aktivitas yang digelar di 23 Fakultas Kedokteran Gigi dan 40 cabang PDGI di berbagai wilayah Indonesia hingga Desember mendatang.

Pepsodent, PDGI dan AFDOKGI mengajak masyarakat untuk hadir dan memanfaatkan fasilitas serta layanan yang dipersembahkan di BKGN 2018 sehingga tujuan utama dari penyelenggaraan program ini, yaitu menciptakan Senyum Sehat Keluarga Indonesia, akan tercapai -sebagai dukungan bagi pemerintah menuju Indonesia bebas karies tahun 2030.